
Pertandingan yang penuh tensi di San Siro akhirnya menjadi malam kelabu bagi AC Milan menelan kekalahan saat menjamu Creamonese. Kekalahan ini bukan hanya menambah catatan buruk Rossoneri di Serie A musim ini, tapi juga mengundang sorotan besar terhadap konsistensi tim asuhan pelatih Stefano Pioli. Dengan performa yang naik turun, Milan kembali dihadapkan pada pertanyaan besar: apakah mereka masih layak disebut kandidat kuat di papan atas?
AC Milan dan Tradisi Kemenangan yang Mulai Pudar
Sebagai salah satu klub tersukses di Italia, AC Milan identik dengan kemenangan, kejayaan, dan mental juara. Namun, dalam beberapa musim terakhir, terutama usai menjadi juara Serie A 2021/22, grafik performa mereka justru kerap tak stabil. Kekalahan dari Creamonese ini menjadi sinyal bahwa mentalitas serta kedalaman skuad masih perlu dipertanyakan.
San Siro Tak Lagi Angker
San Siro selama ini dikenal sebagai stadion yang menakutkan bagi lawan. Tetapi pada laga melawan Creamonese, atmosfer megah itu seolah tak mampu memberikan energi tambahan. Milan tampak kesulitan membongkar pertahanan rapat lawan. Bahkan, serangan-serangan yang dibangun Olivier Giroud, Rafael Leão, dan Christian Pulisic terlihat tumpul.
Cremonese Bukan Lawan Mudah
Meski bukan tim besar, Cremonese menunjukkan permainan disiplin tinggi. Mereka mengandalkan serangan balik cepat yang membuat lini pertahanan Milan kerepotan. Duet bek tengah Rossoneri sering kali salah posisi, sehingga memberi ruang bagi lawan untuk menusuk ke jantung pertahanan. Inilah bukti bahwa Milan sering kehilangan fokus ketika menghadapi tim non-unggulan.
Statistik Pertandingan yang Mengejutkan
Jika melihat angka, Milan sebenarnya mendominasi penguasaan bola hingga lebih dari 60%. Namun dominasi itu tak berbuah hasil. Dari sekian banyak peluang, hanya sedikit yang benar-benar membahayakan gawang lawan. Sebaliknya, Cremonese memanfaatkan efisiensi serangan dengan mencetak gol dari sedikit peluang yang mereka miliki. Hal ini memperlihatkan bahwa masalah Milan bukan sekadar kualitas, tetapi juga efektivitas.
Performa Pemain Kunci AC Milan
- Olivier Giroud: Striker gaek ini kesulitan menembus pertahanan lawan. Meski beberapa kali mendapatkan peluang, penyelesaian akhirnya kurang maksimal.
- Rafael Leão: Winger Portugal ini mencoba membawa kreativitas, namun pergerakannya sering terbaca dan terisolasi.
- Christian Pulisic: Meski aktif mencari ruang, kontribusinya tak cukup untuk membongkar blok pertahanan lawan.
- Mike Maignan: Kiper andalan Milan tampil cukup solid, namun tetap tak mampu menahan gol yang tercipta akibat kelengahan lini belakang.
Kritik terhadap Stefano Pioli
Sebagai pelatih, Stefano Pioli kini berada dalam tekanan. Strateginya dinilai monoton, mudah ditebak, dan kurang fleksibel menghadapi tim yang bermain defensif. Banyak pihak menilai Pioli terlalu mengandalkan individualitas pemain depan tanpa memberikan variasi taktik yang jelas. Kekalahan dari Cremonese menambah daftar kritik terhadap sang pelatih.
Dampak Kekalahan bagi Papan Klasemen
Kekalahan ini bukan sekadar soal gengsi. Di papan klasemen Serie A, Milan berisiko tertinggal dari rival sekotanya, Inter, serta tim kuat lain seperti Juventus dan Napoli. Setiap poin yang hilang semakin memperkecil peluang Milan untuk menutup musim dengan trofi. Selain itu, persaingan menuju Liga Champions juga semakin ketat.
Mentalitas Juara yang Dipertanyakan
Salah satu masalah terbesar Milan adalah mentalitas. Melawan tim besar mereka bisa tampil berani, namun saat menghadapi tim yang dianggap lemah, fokus justru buyar. Situasi ini membuat publik ragu apakah skuad saat ini punya mentalitas juara seperti generasi emas Milan di masa lalu.
Suara Suporter yang Kian Keras
Kekalahan di kandang jelas membuat tifosi geram. Curva Sud, basis pendukung fanatik Milan, mulai melontarkan kritik tajam. Mereka menuntut perubahan nyata, baik dari sisi permainan maupun kebijakan transfer. Bagi para penggemar, Milan bukan hanya sekadar klub, melainkan simbol kebanggaan yang tak boleh terpuruk di tangan tim kecil.
Harapan untuk Kebangkitan
Meski situasi tampak berat, harapan masih ada. Milan masih punya banyak laga tersisa untuk memperbaiki posisi. Dengan materi pemain seperti Theo Hernández, Sandro Tonali (sebelum pindah), hingga talenta muda seperti Yunus Musah, Rossoneri masih bisa bangkit jika mampu konsisten. Yang dibutuhkan hanyalah disiplin, kreativitas taktik, serta mental baja.
Kesimpulan: AC Milan Menelan Kekalahan Saat Menjamu Creamonese
Pertandingan ini menjadi pengingat bahwa AC Milan menelan kekalahan saat menjamu Creamonese bukanlah hasil kebetulan. Ada masalah mendasar dalam taktik, efektivitas, dan mentalitas tim. Bagi Milan, ini adalah tamparan keras untuk segera berbenah jika ingin kembali ke jalur juara. Dengan kompetisi Serie A yang semakin ketat, setiap laga akan menjadi ujian penting bagi kebangkitan Rossoneri.